Penangkapan dan Tindakan Bareskrim
Pada tanggal 23 Januari 2025, Bareskrim Polri mengumumkan penangkapan seorang pelaku penipuan berinisial AMA (29) yang menggunakan teknologi deepfake untuk menyebarkan video palsu pejabat negara, termasuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Tindakan ini diketahui telah dilakukan sejak 2020, dengan modus operandi menawarkan bantuan sosial palsu kepada masyarakat.
Dirtipidsiber Bareskrim Polri, Brigjen Himawan Bayu Aji, menjelaskan bahwa pelaku memanfaatkan teknologi manipulasi gambar dan video untuk menciptakan tampilan yang seolah-olah asli. Video yang disebarkan menampilkan Prabowo dan pejabat lainnya yang mengklaim memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Korban diminta untuk mengirimkan sejumlah uang sebagai syarat untuk mendapatkan bantuan tersebut.
Dampak Penipuan Deepfake
Dampak dari penipuan ini sangat luas, dengan banyak masyarakat yang tertipu oleh video palsu tersebut. Dalam empat bulan terakhir, pelaku berhasil meraup keuntungan sekitar Rp 30 juta dari aktivitas penipuan ini. “Banyak orang yang tertarik dengan tawaran bantuan, sehingga mereka tidak ragu untuk mengirimkan uang,” jelas Himawan.
Penggunaan teknologi deepfake dalam penipuan ini menunjukkan betapa canggihnya modus yang digunakan oleh pelaku. Mereka tidak hanya mengandalkan video, tetapi juga menyertakan nomor WhatsApp yang dapat dihubungi untuk menjaring lebih banyak korban. “Modus ini sangat berbahaya karena dapat merusak citra pejabat negara dan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah,” tambahnya.
Upaya Penegakan Hukum
Bareskrim Polri melakukan pengungkapan kasus ini sebagai upaya untuk menjaga marwah pemerintah dan mencegah ketidakpercayaan masyarakat. Himawan menjelaskan bahwa penyebaran informasi palsu yang masif di media sosial dapat membentuk opini negatif tentang pemerintah, terutama menjelang pemilu yang akan datang.
“Pengungkapan kasus ini bertujuan untuk melindungi kewibawaan pemerintah dan mencegah penipuan yang lebih luas,” kata Himawan. Penangkapan ini diharapkan menjadi langkah awal untuk menindaklanjuti sindikat yang lebih besar yang mungkin terlibat dalam penyebaran video deepfake.
Penutupan dan Antisipasi
Kepolisian terus berupaya melakukan pemantauan terhadap aktivitas yang mencurigakan di media sosial. Mereka mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak jelas asal-usulnya. “Kami mengajak masyarakat untuk melaporkan jika menemukan informasi yang mencurigakan,” ujar Himawan.
Dengan adanya penangkapan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan tidak menjadi korban penipuan serupa di masa depan. Keberadaan teknologi deepfake memang menimbulkan tantangan baru bagi penegakan hukum, tetapi dengan kolaborasi antara masyarakat dan pihak berwenang, diharapkan kasus-kasus serupa dapat diminimalisir.