Rindu Kampung: Perjalanan Mudik Warga Trenggalek dari Kaltim

Potret Suroso dan Lutut yang ingin pulang ke kampung halaman nya sedang transit di Stasiun Pasar Senen. (c) (Taufiq Syarifudin/detikcom)
Potret Suroso dan Lutut yang ingin pulang ke kampung halaman nya sedang transit di Stasiun Pasar Senen. (c) (Taufiq Syarifudin/detikcom)

Momen Spesial Mudik Natal 2024

STKIPMKTB.AC.ID Di tengah hiruk-pikuk libur panjang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, banyak orang memanfaatkan kesempatan ini untuk mudik, kembali ke kampung halaman. Salah satu kisah yang menyentuh adalah perjalanan sepasang suami istri, Suroso (65) dan Lulut (53), warga Trenggalek, yang mudik dari Kalimantan Timur dan transit di Jakarta. Mereka memutuskan untuk pulang kampung setelah bertahun-tahun tinggal jauh dari rumah.

Transit di Jakarta

Suroso dan Lulut saat ini tinggal di Kalimantan Timur bersama anak-anak mereka. Namun, dengan cucunya yang baru saja menyelesaikan pendidikan kepolisian di Bogor, mereka melihat ini sebagai kesempatan emas untuk berkumpul dengan keluarga. Setelah terbang dari Kalimantan Timur, mereka melakukan transit di Jakarta untuk mengunjungi cucu mereka yang telah menunggu.

“Sudah beberapa tahun ini kami tidak pulang ke Trenggalek. Anak dan cucu pada sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Kebetulan cucu baru bisa ambil cuti sekarang,” ungkap Suroso saat ditemui di Stasiun Pasar Senen, Jakarta.

Rindu kampung halaman yang telah terpendam selama bertahun-tahun membuat Suroso merasa sangat antusias untuk kembali. Ia mengungkapkan, “Momen ini jadi waktu yang tepat untuk itu.”

Kenangan dan Harapan

Suroso adalah seorang pensiunan guru yang kini menghabiskan waktu berkebun bersama istrinya di Kalimantan Timur. Meskipun mereka menemukan kebahagiaan di tempat tinggal baru, kerinduan terhadap Trenggalek dan sanak saudara yang masih tinggal di sana tidak bisa dipungkiri.

“Sekarang kami berangkat dengan enam orang, termasuk anak dan cucu kami, menggunakan Kereta Api Singosari. Kami sudah di stasiun sejak pukul 13.00, padahal keberangkatan kereta kami pukul 20.00 WIB,” jelas Lulut.

Kehangatan keluarga selalu menjadi motivasi utama mereka untuk mudik. “Kami merasa sangat beruntung bisa berkumpul bersama,” tambahnya.

Menikmati Jakarta Sebelum Mudik

Selama tiga hari mereka berada di Jakarta sebelum melanjutkan perjalanan ke Trenggalek. Selama waktu tersebut, mereka memanfaatkan kesempatan untuk menjelajahi berbagai tempat wisata. “Kemarin kita ke Monas, Ancol, Ragunan, dan Tanah Abang. Kami banyak membeli pakaian di sana,” kata Lulut penuh semangat.

Kegiatan jalan-jalan ini tidak hanya memberikan mereka pengalaman baru tetapi juga menyegarkan pikiran setelah bertahun-tahun tidak mengunjungi Jakarta. Mereka menikmati suasana kota dan keramaian yang ada, terutama di saat-saat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.

Persiapan Mudik

Persiapan untuk mudik menjadi hal yang sangat penting bagi mereka. Suroso dan Lulut sudah memesan tiket kereta jauh-jauh hari. “Kita beli tiketnya sejak bulan lalu. Sudah disiapkan semuanya. Tidak ada kendala saat pemesanan karena saat itu masih banyak tersedia,” jelas Lulut.

Mereka sangat memperhatikan barang bawaan agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. KAI (Kereta Api Indonesia) membatasi berat barang bawaan penumpang saat mudik menjadi 20 kg per orang. Suroso dan Lulut pun memastikan bahwa semua barang yang dibawa sudah sesuai dengan batasan tersebut.

Kesiapan dan Kebahagiaan

Ketika hari keberangkatan tiba, suasana di Stasiun Pasar Senen semakin ramai. Para penumpang tampak penuh semangat untuk mudik ke berbagai daerah. Suroso dan Lulut merasakan kebahagiaan yang mendalam saat melihat banyaknya orang yang juga melakukan perjalanan mudik.

“Ini adalah saat yang ditunggu-tunggu. Kami sangat bersyukur bisa kembali ke Trenggalek, bertemu dengan sanak saudara setelah sekian lama,” ungkap Suroso. Keluarga menjadi prioritas utama mereka, dan momen berkumpul saat Natal dan Tahun Baru sangatlah spesial.

Tradisi Mudik

Mudik telah menjadi tradisi di Indonesia, terutama menjelang hari-hari besar keagamaan dan perayaan. Kembali ke kampung halaman bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga sebuah ritual emosional yang mempererat hubungan antar anggota keluarga. Bagi Suroso dan Lulut, mudik adalah kesempatan untuk berbagi cerita, kenangan, dan kasih sayang dengan orang-orang tercinta.

Harapan untuk Masa Depan

Ketika ditanya tentang harapan mereka di masa depan, Suroso dan Lulut berharap agar bisa lebih sering pulang ke Trenggalek. Mereka menyadari bahwa waktu terus berlalu, dan momen berharga bersama keluarga tidak bisa tergantikan. “Kami berharap bisa pulang lebih sering, agar tidak kehilangan momen penting dalam hidup,” kata Lulut.

Keluarga adalah fondasi yang menguatkan mereka, dan momen-momen indah selama mudik menjadi kenangan yang akan selalu diingat. “Kami sangat berterima kasih atas kesempatan ini,” tambah Suroso.

Penutup

Kisah Suroso dan Lulut adalah salah satu dari sekian banyak cerita indah tentang perjalanan mudik di Indonesia. Di balik setiap perjalanan, terdapat harapan, rindu, dan cinta yang mengikat keluarga. Momen mudik tidak hanya menjadi perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan emosional yang membawa kembali kenangan indah di kampung halaman.

Dengan semangat Natal dan Tahun Baru yang mendekat, semoga semua orang yang merindukan kampung halaman dapat segera bersatu dengan keluarga mereka. Selamat mudik dan selamat merayakan!

Bagikan:

[addtoany]