Pengumuman Mengejutkan
Wakil Bupati Maros, Suhartina Bohari, baru-baru ini terjerat dalam skandal serius setelah dinyatakan positif menggunakan narkoba. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan, Brigjen Budi Sajidin, dalam konferensi pers pada 6 Desember 2024. Hasil tes laboratorium yang dilakukan sebanyak tiga kali menunjukkan hasil yang konsisten, yakni positif narkoba. “Kami sudah melakukan tes ulang, dan hasilnya tetap sama,” ungkap Budi.
Kejadian ini mengejutkan banyak pihak, terutama masyarakat Maros yang mengharapkan pemimpin mereka memiliki integritas tinggi. Suhartina dikenal sebagai sosok yang memiliki pengaruh di masyarakat, dan pengumuman ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai integritas dan kredibilitasnya sebagai wakil bupati. Publik mendesak agar proses hukum dan rehabilitasi dilakukan secepatnya untuk mengatasi masalah ini.
Pengakuan Suhartina
Dalam perkembangan terbaru, Suhartina mengakui telah mengkonsumsi narkoba. Meskipun sebelumnya ia menyatakan bahwa ia hanya menggunakan obat tidur yang diresepkan oleh dokter, hasil wawancara dengan BNN mengungkapkan bahwa ia mengonsumsi narkoba. “Kehidupan rumah tangga saya sedang dalam masalah, sehingga saya kesulitan tidur,” jelas Suhartina dalam konferensi pers yang diadakan pada 15 September 2024.
Brigjen Budi menegaskan bahwa pengakuan tersebut tidak bisa diabaikan. “Hasil wawancara dan tes menunjukkan bahwa dia memang menggunakan narkoba, dan ini bukan rekayasa,” tegasnya. Hal ini semakin menambah keprihatinan terkait penggunaan narkoba di kalangan pejabat publik.
Rekomendasi Rehabilitasi
Sebagai langkah awal, BNN merekomendasikan agar Suhartina menjalani rehabilitasi. Brigjen Budi mengatakan, “Jika dia terlibat dalam jaringan narkoba, kami akan memproses hukum. Namun, jika dia adalah korban, kami akan membantu rehabilitasi.” BNN berharap Suhartina dapat proaktif dalam mengikuti program rehabilitasi yang ditawarkan.
Suhartina sebelumnya sudah diundang untuk menjalani rehabilitasi sejak September, tetapi belum ada respons dari dirinya. “Kami berharap beliau segera datang untuk menjalani asesmen dan rehabilitasi,” tambah Budi. Ini adalah kesempatan bagi Suhartina untuk memperbaiki diri dan kembali fokus pada tugasnya sebagai pemimpin.
Dampak terhadap Karier Politik
Kejadian ini tentu berdampak signifikan terhadap karier politik Suhartina. Banyak yang mempertanyakan kemampuannya untuk menjalankan tugas sebagai wakil bupati setelah terlibat dalam kasus narkoba. “Ini sangat mempengaruhi kepercayaan publik. Masyarakat berhak mendapatkan pemimpin yang bersih dari narkoba,” ungkap seorang aktivis sosial.
Dukungan untuk rehabilitasi datang dari berbagai kalangan. Beberapa pihak berpendapat bahwa pemulihan lebih penting daripada penegakan hukum yang keras. “Kita harus memberi kesempatan bagi mereka yang terjebak dalam masalah ini untuk memperbaiki diri,” kata seorang pengamat. Namun, hal ini tidak menghilangkan tanggung jawab Suhartina terhadap tindakan yang telah dia lakukan.
Harapan untuk Pemulihan
BNN berharap Suhartina akan segera memenuhi undangan rehabilitasi dan mengambil langkah proaktif untuk pemulihan. Brigjen Budi menekankan pentingnya pemulihan agar Suhartina bisa kembali melayani masyarakat dengan baik. “Kami ingin dia menyadari betapa pentingnya proses ini untuk kesembuhan dirinya,” ujarnya.
Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi semua pejabat publik untuk lebih berhati-hati dalam menjalani hidup mereka. Masyarakat diharapkan lebih kritis terhadap tindakan para pemimpin dan tidak ragu untuk menuntut transparansi. “Kita tidak bisa membiarkan kasus ini berlalu tanpa ada pelajaran yang diambil,” tutup Budi.
Penutup
Dalam situasi yang sulit ini, diharapkan semua pihak dapat mengambil hikmah dari kasus Suhartina. Narkoba adalah masalah serius yang tidak hanya merusak individu, tetapi juga dapat menggoyahkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Semoga kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pejabat publik untuk lebih menjaga integritas dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas mereka.